Tampilkan postingan dengan label BUNDA BACA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BUNDA BACA. Tampilkan semua postingan

Teknik Storytelling dalam Read Aloud


Agar read aloud terasa lebih menyenangkan, kita bisa memasukkan beberapa teknik storytelling.

Materi ini saya sampaikan di Webinar berjudul "Melatih Percaya Diri dengan Aktivitas Read Aloud" pada 10 April 2021 yang diadakan oleh SPEAKING.id




 

Membuat Anak Cinta Baca Buku dengan Read Aloud

 

PRAKTISI READ ALOUD INDONESIA BUNDA BACA
Gambar diambil dari akun instagram @gmb_indonesia

Beberapa waktu lalu saya diundang menjadi narasumber sebuah online talkshow bertajuk GMB - Talk yang diinisiasi oleh Gerakan Menulis Buku Indonesia dalam rangka memperingati Hari Buku Anak Sedunia. Acara ini mengangkat tema "Read Aloud :  Metode Menyenangkan untuk Melatih Anak Gemar Membaca Buku" Secara pribadi saya senang sekali bisa hadir di acara ini, terlebih saya bisa mengenalkan aktivitas Reading Aloud yang sudah saya geluti sejak memiliki anak.  


Untuk merangkum sesi gelar wicara yang dipandu Ririn Setyowati, Content Manager GMB-Indonesia dan berlangsung selama 90 menit, saya mencoba menulis transkripnya di bawah ini dengan menggunakan daftar pertanyaan yang disusun oleh tim GMB.



Selama masa pandemi ini, kita sering sekali menjumpai ajakan untuk para orang tua melakukan Read Aloud. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud Read Aloud ini?

Read Aloud atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan membacakan nyaring, adaah aktivitas membaca buku dengan cara disuarakan. Jadi bukan dibaca di dalam hati. 


Apa perbedaan metode Read Aloud dengan metode mengajar membaca untuk anak lainnya?

Read Aloud melibatkan 3 elemen dalam aktivitasnya yakni pembaca buku, yang dibacakan buku dan buku itu sendiri. Kegiatan ini berfokus pada tujuan agar anak mencintai buku, jadi tidak secara langsung bertujuan mengajari anak baca tulis. Namun harapannya, dengan mengenal berbagai huruf dan kata yang tercetak pada buku, akan menstimulasi secara tidak langsung kemampuan literasi bahasa pada anak.


Kenapa metode Read Aloud bisa menjadi semacam tren saat pandemi, ya? Apakah metode

Read Aloud ini memang baru ada saat pandemi berlangsung?

Saya rasa kegiatan membaca nyaring sudah sering dilakukan oleh para guru di sekolah dan juga orang tua di rumah. Namun, memang saat pandemi ini distribusi informasi dan ajakan mengenai manfaat read aloud ini cukup masif. Mulai dari banyaknya online training bagi para praktisi read aloud, webinar literasi, sampai juga keterlibatan para penerbit yang memberikan akses bukunya untuk dibacakan nyaring dan mengizinkan untuk upload konten di media sosial. Para orang tuapun juga bisa mendokumentasikan kegiatan read aloudnya di media sosial tanpa takut melanggar hak cipta (karena izin dari penerbit tadi). Sehingga semakin banyak orang tua lain yang juga tetarik melakukan hal yang sama. Terutama saat pandemi dimana intensitas kebersamaan anak dan orang tua cenderung meningkat.


Siapa saja yang bisa melakukan Read Aloud? Apakah hanya Ibu yang disarankan menerapkan metode ini?

Siapa saja yang mampu membaca buku dapat  melakukan aktivitas read aloud ini. Di lingkungan keluarga mulai dari orang tua, kakek nenek, kakak, bahkan ARTpun bisa melakukannya.


Kenapa memilih menerapkan metode Read Aloud? Apa yang membuat mbak Sara mempraktekkan metode ini?

Pertama, karena saya suka membaca buku sejak kecil. Sehingga, saya tahu betul bahwa membaca memberi banyak manfaat bagi saya baik saat sekolah maupun ketika berkarir. Kedua, read aloud menjadi momen untuk menjaga bonding dengan anak. Ketika seharian sibuk bekerja, saya bisa tatap menjalin kualitas komunikasi dengan berdiskusi pada anak melalui read aloud sebelum tidur. Ketiga, tugas saya sebagai Bunda Baca membuat saya ingin menularkan semangat membaca buku ini kepada banyak orang. 


Maka, saya sering mendokumentasikan kegiatan read aloud ini melalui video yang saya unggah di instagram dan youtube. Harapannya, bisa mendorong para orang tua untuk melakukan hal yang sama dengan putra- putrinya di rumah.


Dari pengalaman pribadi mempraktikan Read Aloud bersama Lila - putri mbak Sara, sebenarnya apa saja pengalaman berkesan yang tercipta ketika mbak Sara dengan Lila sedang membaca bersama?

Saya bisa mengamati kemampuan anak secara langsung. Bagaimana dia menyimak bacaan, bagaimana ia berimajinasi, juga saat kami mendiskusikan sesuatu. Pada akhirnya, read aloud ini bukan hanya aktivitas satu arah dari Ibu ke anak, tetapi anak juga bisa bertanya dan beropini. Saya juga jadi paham apa cerita yang ia suka. Sehingga bisa mencarikan buku- buku yang membuat Lila antusias.


Apakah Lila pernah menolak ajakan untuk membaca buku bersama? Bagaimana cara mbak Sara menanggapinya?

Lila akan menolak membaca buku yang dia tidak suka. Jadi jika 2 lembar awal buku tidak menarik buatnya, dia akan minta ganti. Bagi saya hal ini tidak masalah, karena sama seperti orang dewasa, anak- anak berhak memilih apa yang ia suka.


Biasanya buku-buku anak apa saja yang mbak Sara bacakan?

Buku- buku untuk read aloud memang punya karakteristik khusus. Seperti : buku dengan ilustrasi, cerita yang tegas dan teks yang sederhana atau sesuaikan dengan kemampuan membaca anak. Selain itu  juga memilih buku dengan tema kesukaan anak. Kalau anak saya suka cerita binatang dan fantasi.


Bagaimana cara pemilihan buku-buku untuk dibaca bersama? Apakah ada momen berdiskusi dengan anak untuk memilih buku?

Karena saya sudah paham selera anak, maka ketika membeli buku saya akan tawarkan ke anak dia suka atau tidak. Jika menggunakan aplikasi buku digital seperti Let's Read, saya akan memberi kesempatan anak memilih sendiri cerita yang menarik buatnya untuk dibacakan.


Apa perubahan atau mungkin manfaat yang Mbak Sara amati dari Lila ketika menerapkanmetode Read Aloud?

Banyak manfaat yang saya rasakan, mulai dari kontrol penggunakan gadget yang baik. Jadi anak punya alternatif kegiatan selain bermain smartphone di rumah. Anak juga mampu membaca tanpa harus mengajarkan membaca dengan ekstra keras. Dan pastinya, anak jadi cakap berkomunikasi. Dia tidak malu bertanya maupun berargumentasi.


Apa saja tips yang perlu diketahui untuk memilih buku untuk dibacakan saat melakukan kegiatan Read Aloud?

Ada beberapa tips ketika saya memilih buku :

1. Pilih buku sesuai dengan kemampuan membaca anak.

2. Pilih buku dengan ukuran yang cukup besar agar teks terlihat jelas

3. Buku dengan ilustrasi gambar akan lebih baik karena mampu menstimulasi imajinasi anak

4. Pilih buku dengan cerita yang menarik dan engaging, sehingga akan terbuka ruang- ruang diskusi dengan anak


Apa saja tips yang perlu diketahui sebelum mengajak anak melakukan Read Aloud?

Pertama, adalah memilih buku yang tepat, karena buku akan menjadi alat utama dalam aktivitas read aloud. Berbeda dengan storytelling, yang bisa menggunakan alat bantu apapun.

Kedua, baca buku terlebih dahulu sebelum melakukan read aloud sehingga pembaca buku akan paham jalan ceritanya.

Ketiga, posisikan anak dalam keadaan yang nyaman. Orang tua harus jeli melihat kondisi anak. Jangan sampai dia dalam suasana hati yang buruk, mengantuk atau sedang lapar saat dibacakan buku.

Keempat, tunjuk dengan jari ketika membaca teks pada buku. Jangan melakukan improvisasi di luar cerita buku. Jika menemukan kosa kata baru, berikan penjelasan apa arti kosa kata tersebut.

Kelima, ajak anak berdiskusi. Atau jawab pertanyaan anak, kapan saja anak membutuhkan jawaban. Jangan terobsesi menyelesaikan buku, karena interaksi dengan anak inilah yang jauh lebih penting.


Selain menjadi Ibu, Mbak Sara juga merupakan perempuan yang berkarir. Mungkin kondisi seperti itu juga terjadi pada banyak orang tua. Apa saja tips manajemen waktu yang mungkin dapat diterapkan bagi para orang tua dengan kondisi seperti itu?

Melakukan read aloud itu tidak butuh waktu lama. Paling cuma 6- 10 menit. Luangkan waktu sebentar saja dan cobalah rutin melakukannya setiap hari. Saya rasa dengan durasi yang tidak lama ini sebenarnya tidak merepotkan, kembali ke orang tua apakah mau atau tidak.


Untuk mengikuti sesi talkshow selengkapnya, silakan menonton kanal YouTube Gerakan Menulis Buku Indonesia di bawah ini.




Liputan Media Pemenang Duta Baca Solo 2019


Solopos, 28 November 2019

Grand Final Bunda Baca Solo 2019

DUTA BACA SOLO 2019 ZAHRA NOOR ERIZA


Boleh dibilang prosesnya tidak terlalu lama untuk pada akhirnya mendapatkan predikat ini. Jadi awalnya, setelah mendapatkan info terkait pemilihan Duta Baca Solo 2019, saya mulai menyiapkan artikel. Tepat H-1 saya mengirimkan artikel tersebut ke sekretariat Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta sebagai penyelenggara kompetisi ini.

Dari hasil seleksi penulisan artikel, maka dipilihlah 10 orang dari kategori Duta Baca Solo 2019 putra, putri dan bunda untuk melakukan presentasi dan wawancara.

Senin, 25 November 2019 sesi presentasi dan wawancara dilakukan bertempat di kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta dengan menghadirkan tiga orang dewan juri yakni budayawan Hanindawan, Ketua Ikatan Pustawakawan Indonesia Kota Solo, Daryono, dan praktisi media dari Solopos, Yonantha Candra Permana. Dari proses ini, maka dipilihlah 5 orang dari masing-masing kategori untuk maju di final.

Rabu, 27 November 2019 penyelenggaraan final Duta Baca Solo 2019 dilaksanakan di Atrium Paragon Mall Solo. Masing-masing finalis diminta untuk memperkenalkan diri, menyebutkan motivasi mengikuti kompetisi, lalu memilih pertanyaan secara acak yang sudah disiapkan di dalam fish ball. Terakhir, dewan juri juga memberikan pertanyaan untuk menutup sesi ini. 

Untuk membaca liputan mengenai prosesi final pemilihan Duta Baca Solo 2019 dapat dilihat di sini.

BUNDA BACA SOLO 2019 SARA NEYRHIZA

Saya sangat mengapresiasi penyelenggaran pemilihan Duta Baca Solo 2019. Untuk kategori Bunda Baca Solo 2019 saya mendapati para finalis sangat luar biasa dengan ide-ide dan semangat mereka.

Ketika akhirnya saya terpilih sebagai Bunda Baca Solo 2019 saya rasa ini menjadi kesempatan dan tantangan untuk bekerja sama dengan pemerintah, dalam hal ini Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta untuk bersama-sama menggiatkan literasi bahasa di berbagai kalangan di Kota Solo.

Sebagai bentuk komitmen menyebarkan semangat berliterasi, nantinya setiap aktivitas yang saya lakukan dalam tugas saya sebagai Bunda Baca Solo 2019 akan saya tulis di blog ini. Dan Insya Allah akan saya bukukan diakhir masa jabatan.

Semoga dengan terpilihnya saya sebagai Bunda Baca Solo 2019 saya dapat menjalankan amanah sekaligus terus bersemangat menyebarkan semangat membaca baik itu di rumah, di kampus tempat saya bekerja, juga di lingkungan komunitas maupun masyarakat.

Terima kasih untuk Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta dan Solopos.fm sebagai pelaksana pemilihan Duta Baca Solo 2019

DUTA BACA SOLO 2019 ZAHRA NOOR ERIZA
 Nadia Sarah Nurani (SMA Negeri 5 Solo) sebagai Duta Baca Putri, lalu Domingga Aryaduta Sukaswanto (Home SchoolingAnak Pelangi) sebagai Duta Baca Putra, dan Zahra Noor Eriza (Laweyan) sebagai Bunda Baca. Sementara itu, Gayatri Tarina Ratna Dewani siswi SMA Al-Azhar Syifa Budi Solo sebagai juara favorit.

Tulisan ini sudah dipublikasi di blog www.neyrhiza.com

Liputan Media Finalis 5 Besar ke Final Duta Baca Solo 2019



Solopos, 27 November 2019

Kampanye Budaya Membaca

BUNDA BACA SOLO 2019


Setelah selesai mengikuti seleksi presentasi dan wawancara Pemilihan Duta Baca Solo 2019, para finalis diminta untuk mengkampanyekan budaya baca melalui social media yang kami miliki. Nantinya, yang memiliki jumlah like terbanyak akan dinobatkan sebagai Duta Baca Favorite

Ini adalah konten kampanye yang saya buat dan saya posting di akun instagram @neyrhiza

BUNDA BACA SOLO 2019

Seleksi Wawancara Duta Baca Solo 2019

BUNDA BACA SOLO 2019


Senin, 25 November 2019, tanggal yang dipilih untuk seleksi presentasi dan wawancara 10 nominee dari ketiga kategori pemilihan Duta Baca Solo 2019 (putera, puteri dan bunda baca). Seleksi bertempat di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta, tepat pukul 10.00 WIB.

Kebetulan, saya mendapatkan nomor urut pertama. Saya diberi waktu 2 menit untuk mempresentasikan tulisan yang saya buat sebelumnya dan 3 menit untuk sesi wawancara dengan dewan juri. Ketiga dewan juri belum saya kenal sebelumnya, mereka adalah budayawan Hanindawan, Ketua Ikatan Pustawakawan Indonesia Kota Solo, Daryono, dan praktisi media dari Solopos, Yonantha Candra Permana.

BUNDA BACA SOLO 2019



Dari 10 orang yang masuk 10 besar, ternyata hanya 9 orang yang hadir pada tahap ini. Dan beruntungnya, ternyata ada 3 orang yang saya kenal. Hal ini membuat saya lebih bersemangat karena merasa memiliki teman yang memiliki misi yang sama yakni sebagai pegiat literasi baca.

Setelah 9 orang selesai melakukan presentasi dan wawancara, kami sempat berbincang sebentar dengan Ibu Sis Ismi, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta dan menyempatkan untuk berfoto bersama.

Dari 10 besar untuk tiap kategori, dipilihlah 5 orang yang masuk babak final yang akan dilaksanakan pada Rabu, 27 November 2019 di Paragon Mall.


Liputan Media Pemilihan Duta Baca Solo 2019


Solopos, 25 November 2019

Orang Tua Agen Penggerak Literasi Sejak Dini

Ini adalah artikel yang saya sertakan dalam seleksi Pemilihan Bunda Baca Solo 2019.

ORANG TUA AGEN PENGGERAK LITERASI SEJAK DINI
Bunda Rajin Membacakan Buku, Anak Suka Baca Buku



BUNDA DUTA BACA SOLO 2019

"Ada beberapa sekolah dasar yang menguji kemampuan membaca calon muridnya pada tahap seleksi masuk," demikian ujar salah seorang guru TK anak saya pada sebuah rapat pertemuan sekolah dan wali murid. 

Beberapa wali murid terlihat kaget. Mereka sangsi dengan kemampuan anak mereka dalam membaca dan menulis. Buat saya hal ini tidak mengagetkan. Terlebih dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dijalankan sekolah-sekolah sebagai bagian amanat yang tertuang dalam peta GLN 2016-2019. 

Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan enam literasi dasar yang wajib dikembangkan melalui tripusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) yakni literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Itu mengapa kemampuan membaca dan menulis dianggap sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk melek literasi lainnya.

Meski demikian, sebagai bagian dari tripusat pendidikan yakni keluarga, saya tidak serta merta kemudian menggembleng anak saya untuk bisa membaca di usia dini. Tidak. 

Secara kontekstual, literasi memang diartikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Namun lebih luas, literasi mencakup aspek visual dalam mengenali dan memahami ide atau pesan yang disampaikan secara visual seperti gambar, video dan adegan.

Maka ketika dihadapkan pada kompetensi kemampuan membaca anak, saya tidak tergesa-gesa untuk menetapkan target kemampuan mengeja lancar B-A-C-A sama dengan BACA. Bagi anak saya yang masih balita, target ini terlihat jauh dan merepotkan. Saya tidak ingin membaca menjadi sebuah keharusan, namun anak harus merasakan bahwa membaca adalah suatu hal yang menyenangkan, membuat ketagihan dan akhirnya menjadi kebutuhan.

Sudahkah Orangtua Membacakan Buku?


Sebagai orangtua pola pendidikan yang paling mudah adalah dengan memberikan contoh. Tidak perlu sering memerintah, tetapi anak melihat bukti nyata dari perilaku orang tua. Begitu pula ketika mengajarkan anak gemar membaca, maka mulailah dari memberi tauladan.

Salah satu hal yang bisa dipraktikkan adalah dengan membacakan buku untuk anak. Tidak perlu waktu yang lama. Cukup 20 menit yang berkualitas setiap hari, membacakan buku kepada anak dapat mengenalkan asyiknya membaca buku.

Pada dasarnya, anak menyukai cerita. Dari cerita anak mampu mengembangkan imajinasi dan memahami bagaimana kehidupan ini bekerja. Maka, sebelum mengenalkan apa itu membaca buku, dapat dimulai dengan mengenalkan berbagai cerita menarik dari sebuah buku.

Pertama, orang tua dapat memilih buku dengan gambar yang menarik. Lalu tunjukkan pada anak, gambar dan tulisan yang ada di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan bahkan ketika anak masih bayi dan mulai tertarik dengan rangsangan visual yang berwarna-warni. 

Kedua, mulai saja membacakan cerita yang ada di buku tersebut. Baca secara perlahan-lahan sehingga anak dapat belajar memahami jalannya cerita. Sambil membacakan buku, kita tunjukkan berbagai gambar dan tulisan yang ada. Setelah sebuah buku selesai dibacakan, jangan langsung mengakhiri sesi membaca buku ini. Namun, ajak anak untuk menceritakan kembali apa yang baru saja mereka dengar. Hal ini dapat dipraktikkan untuk anak yang sudah mulai dapat berbicara.

Dari aktivitas membacakan buku yang dilakukan orang tua, anak bisa mengenal apa itu buku dan cerita. Anak belajar mendengar, dan memahami jalan cerita. Kemampuan imajinasi dan kreativitas anak juga akan berkembang. Mereka akan mulai banyak bertanya dan tumbuh rasa ingin tahu yang besar. Kedekatan komunikasi dan emosional dengan orang tua juga terjalin. Dan kemudian, anak akan bersemangat dengan hadirnya cerita-cerita lainnya dari berbagai buku.

Jangat kaget, jika kemudian anak akan memiliki perbendaharaan kata yang beragam. Dari ketrampilannya mendengar, anak mengenal berbagai kosa kata baru. Di sinilah anak juga berlatih kemampuan bercerita atau storytelling. Tinggal selanjutnya, bagaimana orang tua lebih kreatif dalam mengemas sesi membacakan buku ini.

Bunda, Penggerak Literasi Sejak Dini


Banyak data yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Berdasarkan data Most Littered Nation in The World yang dilakukan Central Connecticut State University (CCSU) pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara perihal minat baca. Meski banyak data lain dengan hasil serupa, namun saya tidak pesimis. Terlebih di era dgital saat ini, membaca tidak lagi sekedar duduk manis baca buku di perpustakaan. Bahkan, perpustakaan sudah menyediakan berbagai e-book yang bisa dinikmati dengan gadget di manpun dan kapanpun.

Maka, yang menjadi PR besar adalah bagaimana menanamkan minat baca ini sedini mungkin. Dan hal ini menjadi tanggungjawab orang tua khususnya ibu. Apa yang harus para bunda lakukan saat ini? Yakni mulai menggairahkan kembali semangat membaca. Lalu menularkan aktivitas ini kepada anak melalui kegiatan membacakan buku dan mendongeng.

Ajak anak untuk ke perpustakaan dan toko buku. Kenalkan anak dengan berbagai pilihan buku yang mempu membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Setelahnya, sediakan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi cerita bersama.

Harapannya, aktivitas membaca buku bukan hanya menjadi kesenangan pribadi. Namun sekaligus menjadi bekal bagi anak agar menjadi generasi cerdas yang siap menghadapi tantangan di bangku sekolah maupun dalam pekerjaan. 

Bukankah, buku adalah jendela ilmu, dan membaca adalah kaca mata melihat dunia?

Mengikuti Seleksi Bunda Baca Solo 2019

Malam hari disaat saya sudah bisa bersantai, tanpa sengaja saya membaca pesan dari salah satu kawan di grup whatsapp Komunitas Emak Blogger. Sebuah pesan dari Mbak Intan, Manager Siaran Solopos FM,  sebuah radio swasta di Solo. "Pemilihan Duta Baca Solo 2019" itulah judul banner yang diposting pada grup tersebut. Senyap, tidak ada seorangpun menanggapi.



Meski demikian, banner ini berhasil mencuri perhatian saya. Segera saja saya mengabari suami bahwa ada pemilihan Duta Baca Solo 2019, termasuk sebuah kategori yang menurut saya menarik yaitu Bunda Baca Solo sebagai representasi ibu pegiat literasi baca.

Suami saya sudah tahu, bahwa membaca buku adalah hobi saya. Meski harus dengan berbagai pertimbangan dan catatan, akhirnya saya mendapatkan izin untuk mengikuti seleksi ini.

Setelah izin ditangan, saya mencoba mencari ide untuk tulisan. Seleksi tahap pertama adalah mengirimkan artikel dengan tema "Mewujudkan Generasi Cerdas dengan Membaca". Saya tertarik untuk menulis tentang aktivitas membacakan buku untuk anak, salah satu kegiatan yang memang rutin saya lakukan hampir setiap hari.

Sebelum mengeksekusi dalam bentuk tulisan, saya menyempatkan diri untuk menghubungi panitia penyelenggara. Ternyata artikel harus dikirimkan dalam bentuk print out. Padahal saat itu sudah H-1 tuangkan ide di pikiran ke dalam bentuk tulisan. Hanya perlu 3 jam mulai dari riset data, hingga tulisan siap di cetak.

Lagi-lagi saya tidak sempat untuk mengirimkan tulisan ke Kantor Dinar Kearsipan dan Perpustakaan Surakarta karena waktu semakin mepet dengan jadwal kereta keberangkatan saya ke Semarang. Untuk efisien waktu, saya berinisiatif untuk memesan layanan go-send untuk mengirimkan tulisan ke sekretariat seleksi lomba. Alhamdulillah, paket berisi tulisan saya bisa sampai tepat waktu di tanggal 19 November 2019.

Tujuh minggu berselang sejak artikel saya kirimkan, sebuah pesan sampai di whatsapp. Sebuah pengumuman dari panitia seleksi lomba Pemilihan Duta Baca 2019 yang menyatakan saya lolos masuk 10 besar pemilihan Bunda Baca Solo2019. Dan  saya harus bersiap untuk seleksi tahap selanjutnya yakni presentasi dan wawancara ditanggal 25 November 2019.