Orang Tua Agen Penggerak Literasi Sejak Dini

Ini adalah artikel yang saya sertakan dalam seleksi Pemilihan Bunda Baca Solo 2019.

ORANG TUA AGEN PENGGERAK LITERASI SEJAK DINI
Bunda Rajin Membacakan Buku, Anak Suka Baca Buku



BUNDA DUTA BACA SOLO 2019

"Ada beberapa sekolah dasar yang menguji kemampuan membaca calon muridnya pada tahap seleksi masuk," demikian ujar salah seorang guru TK anak saya pada sebuah rapat pertemuan sekolah dan wali murid. 

Beberapa wali murid terlihat kaget. Mereka sangsi dengan kemampuan anak mereka dalam membaca dan menulis. Buat saya hal ini tidak mengagetkan. Terlebih dengan Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang dijalankan sekolah-sekolah sebagai bagian amanat yang tertuang dalam peta GLN 2016-2019. 

Kementriaan Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan enam literasi dasar yang wajib dikembangkan melalui tripusat pendidikan (keluarga, sekolah dan masyarakat) yakni literasi bahasa, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial serta literasi budaya dan kewarganegaraan. Itu mengapa kemampuan membaca dan menulis dianggap sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk melek literasi lainnya.

Meski demikian, sebagai bagian dari tripusat pendidikan yakni keluarga, saya tidak serta merta kemudian menggembleng anak saya untuk bisa membaca di usia dini. Tidak. 

Secara kontekstual, literasi memang diartikan sebagai kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan. Namun lebih luas, literasi mencakup aspek visual dalam mengenali dan memahami ide atau pesan yang disampaikan secara visual seperti gambar, video dan adegan.

Maka ketika dihadapkan pada kompetensi kemampuan membaca anak, saya tidak tergesa-gesa untuk menetapkan target kemampuan mengeja lancar B-A-C-A sama dengan BACA. Bagi anak saya yang masih balita, target ini terlihat jauh dan merepotkan. Saya tidak ingin membaca menjadi sebuah keharusan, namun anak harus merasakan bahwa membaca adalah suatu hal yang menyenangkan, membuat ketagihan dan akhirnya menjadi kebutuhan.

Sudahkah Orangtua Membacakan Buku?


Sebagai orangtua pola pendidikan yang paling mudah adalah dengan memberikan contoh. Tidak perlu sering memerintah, tetapi anak melihat bukti nyata dari perilaku orang tua. Begitu pula ketika mengajarkan anak gemar membaca, maka mulailah dari memberi tauladan.

Salah satu hal yang bisa dipraktikkan adalah dengan membacakan buku untuk anak. Tidak perlu waktu yang lama. Cukup 20 menit yang berkualitas setiap hari, membacakan buku kepada anak dapat mengenalkan asyiknya membaca buku.

Pada dasarnya, anak menyukai cerita. Dari cerita anak mampu mengembangkan imajinasi dan memahami bagaimana kehidupan ini bekerja. Maka, sebelum mengenalkan apa itu membaca buku, dapat dimulai dengan mengenalkan berbagai cerita menarik dari sebuah buku.

Pertama, orang tua dapat memilih buku dengan gambar yang menarik. Lalu tunjukkan pada anak, gambar dan tulisan yang ada di dalamnya. Hal ini dapat dilakukan bahkan ketika anak masih bayi dan mulai tertarik dengan rangsangan visual yang berwarna-warni. 

Kedua, mulai saja membacakan cerita yang ada di buku tersebut. Baca secara perlahan-lahan sehingga anak dapat belajar memahami jalannya cerita. Sambil membacakan buku, kita tunjukkan berbagai gambar dan tulisan yang ada. Setelah sebuah buku selesai dibacakan, jangan langsung mengakhiri sesi membaca buku ini. Namun, ajak anak untuk menceritakan kembali apa yang baru saja mereka dengar. Hal ini dapat dipraktikkan untuk anak yang sudah mulai dapat berbicara.

Dari aktivitas membacakan buku yang dilakukan orang tua, anak bisa mengenal apa itu buku dan cerita. Anak belajar mendengar, dan memahami jalan cerita. Kemampuan imajinasi dan kreativitas anak juga akan berkembang. Mereka akan mulai banyak bertanya dan tumbuh rasa ingin tahu yang besar. Kedekatan komunikasi dan emosional dengan orang tua juga terjalin. Dan kemudian, anak akan bersemangat dengan hadirnya cerita-cerita lainnya dari berbagai buku.

Jangat kaget, jika kemudian anak akan memiliki perbendaharaan kata yang beragam. Dari ketrampilannya mendengar, anak mengenal berbagai kosa kata baru. Di sinilah anak juga berlatih kemampuan bercerita atau storytelling. Tinggal selanjutnya, bagaimana orang tua lebih kreatif dalam mengemas sesi membacakan buku ini.

Bunda, Penggerak Literasi Sejak Dini


Banyak data yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah. Berdasarkan data Most Littered Nation in The World yang dilakukan Central Connecticut State University (CCSU) pada Maret 2016, Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara perihal minat baca. Meski banyak data lain dengan hasil serupa, namun saya tidak pesimis. Terlebih di era dgital saat ini, membaca tidak lagi sekedar duduk manis baca buku di perpustakaan. Bahkan, perpustakaan sudah menyediakan berbagai e-book yang bisa dinikmati dengan gadget di manpun dan kapanpun.

Maka, yang menjadi PR besar adalah bagaimana menanamkan minat baca ini sedini mungkin. Dan hal ini menjadi tanggungjawab orang tua khususnya ibu. Apa yang harus para bunda lakukan saat ini? Yakni mulai menggairahkan kembali semangat membaca. Lalu menularkan aktivitas ini kepada anak melalui kegiatan membacakan buku dan mendongeng.

Ajak anak untuk ke perpustakaan dan toko buku. Kenalkan anak dengan berbagai pilihan buku yang mempu membangkitkan rasa ingin tahu mereka. Setelahnya, sediakan kesempatan untuk berdiskusi dan berbagi cerita bersama.

Harapannya, aktivitas membaca buku bukan hanya menjadi kesenangan pribadi. Namun sekaligus menjadi bekal bagi anak agar menjadi generasi cerdas yang siap menghadapi tantangan di bangku sekolah maupun dalam pekerjaan. 

Bukankah, buku adalah jendela ilmu, dan membaca adalah kaca mata melihat dunia?

Custom Post Signature