Obrolan Komunitas RRI Surakarta Bahas Read Aloud Bersama Read Aloud Solo Raya



Dengarkan talkshow : https://open.spotify.com/episode/78DfaGAaP3tSFunAJStneQ?si=lirGwcBiSiG99ty97dYD-g


Komunitas Read Aloud Solo Raya menjadi narasumber dalam program Obrolan Komunitas di RRI Pro 1 Surakarta 101 FM, Kamis, 8 Mei 2025. Program ini mengangkat topik seputar praktik read aloud, manfaatnya bagi anak dan keluarga, serta kiprah komunitas Read Aloud Solo Raya dalam menggerakkan literasi di wilayah Solo Raya.


Dalam siaran tersebut, Ketua Read Aloud Solo Raya Sara Neyrhiza dan Sekretaris sekaligus Public Relation Asri Pujihastuti berbagi pengalaman mengenai pentingnya membaca nyaring sebagai metode sederhana namun berdampak besar dalam membangun kedekatan emosional antara orang tua dan anak, sekaligus menumbuhkan minat baca sejak dini.


Keduanya menjelaskan bahwa read aloud tidak hanya berfokus pada aktivitas membaca buku, tetapi juga pada interaksi, ekspresi, dan komunikasi yang terjalin selama proses membaca. Metode ini dinilai efektif untuk membantu anak mengenal kosakata, mengelola emosi, serta memahami nilai-nilai kehidupan melalui cerita.


Program Obrolan Komunitas ini dipandu oleh Manggala Putra, Host RRI Surakarta, dan disiarkan secara langsung pada pukul 20.00–21.00 WIB. Melalui dialog yang interaktif, pendengar diajak memahami bagaimana gerakan literasi dapat dimulai dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.


Kehadiran Read Aloud Solo Raya dalam siaran ini menjadi bagian dari upaya memperluas edukasi literasi kepada masyarakat. Diharapkan, semakin banyak keluarga dan komunitas yang tergerak untuk mempraktikkan read aloud sebagai aktivitas rutin yang menyenangkan dan bermakna.

Talkshow Bersama Indriani Susilaningdyah Penulis Buku Anak Anya's Friend


 Dengarkan talkshow : https://open.spotify.com/episode/3Uw8BxKWu2BEFmeCRxCSv4?si=uW96dO_pSO-Dele5xcn9Kg


Buku anak tidak hanya menghadirkan cerita yang menyenangkan, tetapi juga menjadi medium penting untuk menanamkan nilai kehidupan. Hal inilah yang mengemuka dalam perbincangan saya sebagai penyiar program talkshow “Semua Bisa Bicara” PTPN Radio, saat berbincang bersama penulis buku anak Indriani Susilaningdyah, pengarang Anya’s Friends – A Hundred Missing Roses.


Dalam talkshow tersebut, Indriani membagikan proses kreatif di balik lahirnya sosok Anya, tokoh utama yang digambarkan sebagai anak perempuan berusia 10 tahun, bertubuh kecil, tomboi, dan memiliki karakter yang kuat. Anya dikenal pemarah, keras kepala, serta tidak sabaran. Namun, di balik sifatnya yang keras, tersimpan hati yang lembut dan penuh empati.


Indriani menjelaskan bahwa karakter Anya sengaja dibuat tidak sempurna. “Anak-anak di dunia nyata juga punya emosi yang beragam. Mereka bisa marah, keras kepala, tapi di saat yang sama punya kepedulian besar,” ungkapnya dalam siaran.


Anya digambarkan sebagai anak yang menyayangi binatang dan selalu tergerak untuk menolong teman yang sedang kesusahan. Karakternya yang keras kerap menyeretnya ke dalam berbagai masalah. Namun justru kejujuran dan keberaniannya membuat Anya dicintai oleh teman-temannya.


Konflik utama dalam buku ini muncul ketika Anya mengetahui bahwa 100 bros mawar milik temannya hilang dicuri dari kotak penyimpanan. Dari peristiwa sederhana tersebut, cerita berkembang menjadi perjalanan emosional tentang keberanian anak dalam memperjuangkan kejujuran, kebenaran, dan keadilan.


Dalam talkshow, Indriani menekankan bahwa anak-anak sesungguhnya mampu memahami nilai keadilan sejak dini. “Anak mungkin belum bisa menjelaskannya dengan kata-kata rumit, tapi mereka bisa merasakan ketika sesuatu itu tidak adil,” tuturnya.


Melalui Anya’s Friends – A Hundred Missing Roses, pembaca diajak melihat dunia dari sudut pandang anak yang sedang belajar memahami benar dan salah. Buku ini tidak hanya menyuguhkan cerita petualangan dan konflik pertemanan, tetapi juga mengajak anak dan orang dewasa untuk berdiskusi tentang empati, kejujuran, dan keberanian bersikap.


Buku ini menjadi salah satu contoh bacaan anak yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan dapat menjadi bahan obrolan bermakna antara orang tua dan anak.


Informasi Buku


Anya’s Friends – A Hundred Missing Roses

Penulis: Indriani Susilaningdyah

Kategori: Buku Anak

Harga: Rp150.000

Read Aloud Solo Raya Hadir di Indonesian Disability Art & Culture 2025


Komunitas literasi Read Aloud Solo Raya (@readaloudsoloraya) turut berpartisipasi dalam ajang Indonesian Disability Art & Culture 2025 dengan menghadirkan sesi edukatif tentang praktik #readaloud yang lebih menarik, interaktif, dan inklusif. Kegiatan ini berlangsung di Balai Kota Solo, Jawa Tengah, pada Jumat hingga Minggu, 21–23 November 2025.


Dalam festival berskala nasional tersebut, Read Aloud Solo Raya memberikan edukasi kepada peserta tentang pentingnya metode membaca nyaring (read aloud) sebagai sarana membangun literasi, komunikasi, dan kedekatan emosional, terutama bagi anak-anak dan penyandang disabilitas.


Edukasi Read Aloud yang Inklusif dan Interaktif


Melalui sesi praktik langsung, tim Read Aloud Solo Raya memperagakan cara membacakan buku dengan ekspresi, intonasi suara, gerak tubuh, serta teknik interaksi yang mampu menarik perhatian audiens dengan beragam kebutuhan. Pendekatan ini dirancang agar kegiatan membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan dan mudah diikuti oleh semua kalangan.


Tidak hanya ditujukan bagi anak-anak, edukasi ini juga menyasar orang tua, pendidik, relawan, serta pegiat literasi yang ingin menerapkan metode read aloud secara efektif di rumah, sekolah, maupun ruang komunitas.


Festival Seni dan Budaya Disabilitas Berskala Nasional


Indonesian Disability Art & Culture 2025 merupakan festival seni dan budaya inklusif berskala nasional yang menghadirkan ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Acara ini diikuti oleh komunitas disabilitas, Sekolah Luar Biasa (SLB), lembaga pendidikan, serta organisasi seni dan budaya.


Festival ini menjadi ruang pertemuan bagi praktik seni, edukasi, dan literasi yang ramah disabilitas, sekaligus mendorong kesadaran publik tentang pentingnya inklusivitas dalam dunia pendidikan dan kebudayaan.